Trip to Sumenep (3D2N)
Assalamu’alaikum, haloo liburan pada ngapain aja? Semoga bisa tetap produktif yaa dimanapun kita berada.
Kali ini mau cerita tentang perjalanan kami ke Sumenep tanggal 24 – 26 Desember 2019 kemarin, mumpung masih anget dan sempat nulis, hihi.
Kenapa ke Sumenep?
Sebenarnya kami tinggal cukuuup dekat dengan jembatan Suramadu. Mungkin dari rumah cuma perlu naik motor 15 menit sampai ke jembatan. Dari dulu kepingin banget nyebrang ke Madura sekalian mampir ke Bebek Sinjay, tapi sampai sekarang belum terlaksana, entah karena mager panas2an atau karena banyak kerjaan, dll.
Baca Juga: Ke Batam Ngapain Aja?
Kebetulan beberapa bulan yang lalu, tepatnya tanggal 22 Juli 2019 ada promo tiket pesawat diskon sekian ratus ribu tanpa minimal transaksi.
Baca juga: Tips Traveling Hemat
Setelah ditelusuri oleh paksu, rute termurah dari Surabaya itu ke Sumenep. Jadi setelah dipotong diskon, harga tiketnya CUMA 60rb aja + harga tiket Hasan bayar 10% harga tiket. Setara harga tiket bus patas, MasyaAllah.
Akhirnya tanpa ba-bi-bu, tanpa riset2 dulu tentang Sumenep, kami langsung booking tiketnya. Dan baru tahu kalau Sumenep itu di pulau Madura yang paling ujung. Udah kebayang berjam-jam duduk di bus, wkwk.
Baca Juga: Trip to Danau Toba, Samosir
Ya walaupun belum kesampaian makan Sinjay langsung di Madura tapi Alhamdulillah banget sih bisa jalan-jalan ke sini. Suasananya feels like Kutacane dan masjid maupun musholanya yang banyak mengingatkan saya dengan suasana kota Padang. Plusnya yang saya suka banget itu view pantainya, cakeeeeeppp MasyaAllah.
Baca juga: Review Lorent La Villa, Padang
Karena bingung mau terbang kapan, akhirnya pilih tanggal merah aja yang pasti-pasti si Aisy libur, padahal mah emang udah musim liburan ya ternyata, wkwk.
Baca juga: My Holiday Trip
Tapi kebetulan yang murah tiket pesawatnya cuma rute baliknya aja, akhirnya fix perginya naik bis 😂.
Such a long trip..
Selama perjalanan qadarullah terjadi hal yang tidak diinginkan. Awalnya kami beli tiket bus via Redbus karena baru ada promo diskon 50%. Di tiket tertulis berangkat pukul 10.00 dari terminal Bungurasih, Surabaya.
Kami berangkat dari rumah jam 8 pagi untuk naik Suroboyo Bis ke terminal, mayan banget untuk ngirit transport cost karena tiket naiknya hanya dengan menukarkan sampah botol plastik, hihi.
MasyaAllah karena liburan bisnya penuh sesak, Alhamdulillah ada ibu2 yang berbaik hati memberi kursinya untuk kami (kebetulan ibunya turun di halte selanjutnya).
Kami sampai ke terminal dan langsung ke tempat naik bis patas rute Madura. Begitu sampai sana dan menunjukkan tiket, orang terminalnya malah menyalahkan kami dan bilang kalau tiket jangan beli online, langsung di terminal aja. Plus menyalahkan kami karena di etiketnya tidak ada nomor plat bisnya. Sudah komplain ke redbus tapi hanya dapat nomor armada busnya. Armada busnya dihubungi nggak bisa. Duuhh kecewa beeuuuddd.
Akhirnya karena males sama bapak-bapak terminal yang nggak welcome sama sekali, kami pindah ke rute Madura yang ekonomi. Dan akhirnya naik bis ekonomi plus tiket yang patas hangus, huhu.
Dari pihak redbus sampai sekarang masih belum ada kejelasan. Duluuu pernah beli tiket bus online di tempat lain lancar-lancar aja, malah pihak busnya jadi nggak semena-mena sama kita (saat itu beberapa penumpang disuruh pindah formasi duduknya, ribut dan ribet gitu deh di dalam bis, Alhamdulillah kami enggak).
Tarif naik bis ekonomi dari Bungurasih ke Sumenep Rp 45.000 per orang. Agak nyesek qadarullah, karena sebenarnya kalau nggak beli tiket online kami tinggal nunggu bisnya di depan jalan besar dekat rumah aja. Selain harganya pasti lebih murah, lebih hemat waktu, anak-anak juga nggak terlalu kecapekan dan kepanasan, qadarullah, hiks.
Ready, Set, Go
Kami berangkat dari terminal Bungurasih sekitar jam setengah sebelas. Naik bis Akas kelas ekonomi. Alhamdulillah di bus ini nggak ada yang ngerokok dan tanpa musik juga. Btw kami duduk di sebelah pintu keluar di belakang, lumayan dapat angin segar tapi ketika udah masuk Madura jadi ngeri-ngeri sedap karena ngebut plus pintu dibuka.
Baca Juga: Trip Penang to Phuket via darat
Kami sampai di Sumenep sekitar jam setengah lima sore. Jadi butuh sekitar 6 jam untuk sampai ke Sumenep dari terminal Bungurasih.
Ngapain Aja?
Hari pertama begitu sampai terminal di Sumenep kami langsung bergegas menuju penginapan. Kami booking di Hotel Kangen, karena lokasinya hanya berjarak sekitar 500 m dari terminal.
Baca juga: Review Hotel a la mbakdina.com
Begitu sampai buru-buru sholat. Pinginnya bersih-bersih badan karena udah gateeelll banget badan (kebetulan kulit saya sensitif, gampang gatel dan ruam gitu kalau keringetan). Tapi berhubung kelaparan, akhirnya kami makan dulu.
Beli makannya di seberang hotel, harganya serba 13 ribu. Nama warung makannya Barokah, bagi yang mau ke Sumenep recommended buat makan di warung ini, khususnya menu garang asem. Enaak banget garang asemnya, 13 ribu dapat nasi + 3 potongan ikan, kayaknya ikan patin. Rasanya seger-seger pedas gitu semacam tomyamnya Indonesia tapi kuah tanpa santan. Daging ikannya lembut berlemak, duh bikin pingin lagi.
Baca juga: Resto Favorit
Setelah check in sampai check out dari Hotel Kangen kami nggak kemana-mana, cuma di hotel aja. Anak-anak kayaknya lumayan kecapekan, terutama Hasan, habis ketawa-ketawa bibirnya biru, hiks. Jam 12 siang kami check out, mau beli ikan yang kemarin lagi qadarullah habis, huhu.
Akhirnya langsung cari taksi online menuju hotel selanjutnya, de Baghraf Hotel, Sumenep. Ternyata di Sumenep masih belum ada taksi online, kalau ojek online sudah ada sih sebenarnya.
Akhirnya setelah coba-coba sekian menit dan nggak bisa-bisa, kami naik becak. Sedihnya di depan hotel nggak dapet becak, akhirnya harus jalan dulu ke terminal.
Kami naik becak dari terminal menuju Taman Kota Adipura, Sumenep seharga Rp 15.000. FYI, di Sumenep tarif pasarannya sekitar Rp 10.000.
Sebelum ke taman, kami rencana mau ke masjid Jamik terlebih dahulu, tapi qadarullah udah hujan dan berpetir, akhirnya langsung nyebrang, nggak jadi ke taman dan lari hujan-hujanan menuju hotel.
Karena udah tambah deras, kami berteduh di swalayan sambil beli roti dan pukis. Pukisnya enak btw, 10 ribu dapat 10 pukis. Salah satu jajanan pasar terfavorit semenjak kecil.
Ketika udah mulai reda, kami lanjut jalan menuju hotel. Suami saya minta untuk masuk duluan aja, karena seperti biasa saya suka videoin hotel dari luar sampai kamar, walaupun jarang diupload🤣. Kebetulan HP saya matikan karena baru dicharge, dan mayan lama proses nyalanya.
Begitu udah siap, kamera udah on, saya dan Aisy jalan menuju hotel. Baru mau masuk pekarangan hotel, pak satpamnya teriak-teriak: “Bu Bu bu.. mohon maaf minggir mau keluar mobil Bu. Mau kemana ibu?”. Ini dengan nada keras bukan yang lembut bak customer service.
Ish.. ish. ish. Padahal mobilnya juga belum jalan, masih di tempat. Tapi karena mobil pejabat kali ya. Sebelnya panggilnya itu teriak-teriak gitu, bilang maaf tapi ngomongnya blasss nggak ramah.
Suami udah gerem pingin tunjukin videonya ke manager hotelnya, tapi kasihan kalau ternyata sampai dipecat. Kebetulan manager hotelnya beberapa kali ngajakin suami ngobrol, mungkin karena kebetulan kami TAMU PERTAMA di hotel itu. Hotelnya ternyata baru soft opening hari itu dan masih banyak tamu-tamu yang kayaknya dari media (nggak tahu ada dari blogger engga, hihi).
Dan semakin badmood ketika udah masuk lobi pak satpam yang tadi ngejar dan manggil nanya lagi mau kemana padahal kamera udah on. Setelah bilang mau check in baru bapaknya pergi. Ditambah baru PMS kali yee jadi sensi dan kesel digituin apalagi untuk kedua kalinya. Sabaaarr..sabaaarr..
Dari siang sampai maghrib kami cuma di kamar aja. Habis Maghrib baru kami jalan-jalan untuk cari makan. Dan akhirnya selain beli air mineral kami beli sate daging, kaldu (gulai kacang hijau + lemak-lemak plus bagian-bagian yang biasanya ada di tahu campur), plus rocket chicken (sejenis Olive kalau di Jogja).
Paginya niat hati pingin ke masjid dan taman tapi nggak jadi karena anak-anak bangunnya kesiangan. Akhirnya cuma breakfast, istirahat sebentar untuk nurunin makanan ke perut, baru lanjut berenang dan check out.
Qadarullah waktu checkout hujan deraaaasss banget. Cari taksi online fix emang nggak ada kayaknya di Sumenep. Sebenarnya kemarin manager hotelnya nawarin untuk ngantar ke Bandara, tapi berhubung waktu checkout beliaunya nggak ada kami jadi sungkan dong, wkwk.
Alhamdulillah udah sedikit reda hujannya, kami keluar dan nunggu becak. Kebetulan ada bapak becak yang lewat waktu kami keluar hotel. Suami tanya tarif menuju bandara berapa, kata bapaknya 15rb, sampai suami ulang 3x dan memastikan bapaknya nggak salah tempat dan tarifnya memang 15 ribu.
MasyaAllah salut sama bapaknya, ketika becak-becak yang lain rata-rata kalau sama pendatang tarifnya dimahalin, bapak ini tetap apa adanya. Sedihnya baru ngeh kalau bapaknya udah lumayan tua ketika udah tanya harga. Pingin nggak jadi aja tapi nggak enak dan takut beliau kecewa.
Akhirnya naiklah kami berempat plus 2 ransel ke becak. Mungkin estimasi berat total kami 120-an kg, jarak tempuh seharusnya 3,7 km. Tapi ternyata gerbang menuju bandaranya digembok, alhasil harus putar balik dan lewat rute yang lebih jauh. Ketika putar balik bapaknya udah ngos-ngosan. Saya udah panik dan takut bapaknya kenapa-kenapa, huhu. Sampai akhirnya kami pesan gojek untuk suami, rencananya saya dan Hasan di becak, suami, Aisy dan barang-barang di gojek. Cuma mungkin karena armadanya masih terbatas, lokasi drivernya jauh. Akhirnya batal deh, hiks.
Begitu masuk jalan menuju bandara, sekitar 700an meter, bapaknya udah tambah ngos-ngosan banget. Udah takuuutt banget bapaknya kenapa-kenapa. Semoga bapaknya sehat dan nggak kenapa2 ya Allah..
Sampai bandara langsung keinget bandara di Kutacane, miriiip banget, bedanya cuma di sarana aja (udah ada AC, dispenser, pemindai barang) udah jauh lebih ok Sumenep.
Dan ada beberapa pesawat perintis macam Wings Air dan Susi Air disini. Kalau di Kutacane waktu itu hanya ada Susi Air aja. Beda lah ya bandara di Jawa dan Sumatera, walaupun sama-sama kabupaten terpencil. Oh iya, sepertinya sedang ada pembangunan bandara baru di Sumenep, kemungkinan pintu gerbang yang tutup ketika kami naik becak tadi karena itu pintu menuju bandara baru yang memang belum beroperasi.
Baca juga: Pengalaman Terbang dengan Susi Air
Begitu sampai kami buru-buru check in dan ke boarding room terus gantian untuk sholat. Sekitar jam 13.30 pesawat Wings Air nya udah datang, kata suami landingnya lumayan ngeri, karena landasan pacunya kecil kali ya..
Kami dapat seat nomor 12, karena nggak sempat makan akhirnya makan roti tawar. Belum selesai makan pak pilotnya udah bilang landing position (?). Waktu bilang ke Aisy udah mau sampai Surabaya dia shock. Karena baruu aja makan, roti belum habis, tahu-tahu udah sampai aja. Katanya: ternyata cepat ya pakai pesawat, pakai bis enggak, wkwk, MasyaAllah.
Dari penuturannya cukup tergambar nggak nyamannya dia qadarullah karena naik bis via Bungurasih dan segara trouble yang kami hadapi walaupun dia nggak ngeluh, MasyaAllah. Maaf ya nak, next time kalau nyebrang lagi kita tunggu di dekat rumah aja ya biar nggak kejauhan :).
Sesampainya di bandara kami langsung beli tiket DAMRI. Bandaranya rame banget, lupa kalau musim liburan :p. Dan lupa banget niatnya mau pakai voucher Carl’s Jr + wingstop yang beli di e-commerce buat dipakai di bandara Juanda. Baru inget keesokan harinya, qadarullah.
Baca Juga: Rekomendasi Transportasi dari dan ke Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh dan Bandara Kualanamu, Medan
Kami naik DAMRI dari Bandara Juanda ke Terminal Bungurasih. Tarifnya Rp 25.000 per orang. Dari terminal Bungurasih lanjut naik Suroboyo Bis. Turun di halte rajawali, lanjut naik grab. Daann finally come back home :).
Well, itu tadi cerita perjalanan kami. Karena bawa anak dan baby kalau traveling cuma bisa a la tourist (banyak istirahatnya, plus banyak kagetnya kalau saya :p) bukan a la traveler, wkwk.
See you on my next post, insyaAllah 🙂
Salam,
One thought on “Trip to Sumenep (3D2N)”