In this blog

  1. Motherhood & Parenting, click:

parenting

2. Traveling, click:

3. Review, click:

review mbakdina.com

 

My other blogs

Pengalaman menyapih dengan cinta
Curhat, Motherhood, Pregnancy and Maternity

Inikah WWL? Pengalaman Menyapih dengan Cinta ?

Assalamu’alaikum..

Pada postingan kali ini, saya akan share pengalaman saat menyapih Aisy, anak pertama saya. Alhamdulillah Aisy disapih saat usianya tepat 2 tahun, yaitu pada tanggal 17 Oktober 2017 lalu. Saya sebenarnya masih kurang yakin, apakah ini bisa disebut menyapih dengan cinta alias Weaning With Love (WWL) atau tidak.

Mungkin bagi yang berpengalaman ada yang bisa membantu memberi saran, masukan dan pengalamannya saat menyapih sang buah hati? Saya tunggu di kolom komentar ya 🙂

Jadi begini ceritanya..

Saya mengenal istilah WWL sudah sekitar 1,5 tahun yang lalu, dari membaca di berbagai status FB, postingan blog, maupun dari broadcast-broadcast di grup yang saya ikuti. Sekitar 3 bulan sebelum Aisy memasuki usia 2 tahun, saya sudah mulai untuk sounding setiap kali dia menyusu. Biasanya kalimat yang saya utarakan adalah: “Aisy, nanti kalau udah 2 tahun nggak boleh ‘nya’ lagi ya, ‘nya’-nya ditutup buat bunda, Aisy udah gede kan?”. Intinya kurang lebih begitu. Namun diawal-awal sounding, frekuensi sounding saya hanya beberapa kali saja, atau bahkan hanya sekali sehari karena masih belum terbiasa jadi sering kelupaan ;p.

 

Oiya, Aisy menyebut istilah menyusui dengan kata ‘nya’. Entah darimana asalnya, yang jelas semenjak dia mulai bisa berbicara, dia menamakan aktivitas menyusui ini dengan ‘nya’. Kenapa tidak saya arahkan ke istilah yang benar? Well, dalam hal ini saya memang prefer menggunakan kata pilihannya, yaitu ‘nya’ supaya terasa lebih private, hanya saya, suami, dan dia yang paham maksudnya. Toh selama ini Alhamdulillah dia juga selalu menempel dengan saya, jadi jika orang tidak paham pun menurut saya tidak masalah, hihi. Baru ketika dia menginjak 2 tahun saya jelaskan bahwa ‘nya’ itu adalah aktivitas menyusui, yaitu baby minum dengan bunda atau ibunya ketika lapar atau haus. Begitu pula ketika ada baby kucing (kitten) yang mengeong-ngeong mencari induknya, saya jelaskan kepadanya kalau si kitten haus dan ingin menyusui atau ‘nya’ dengan ibunya. Alhamdulillah dia paham maksud saya, hihi.

Back to topic lagi ya..

Menjelang 1-2 bulan sebelum Aisy genap berusia 2 tahun, saya dan suami semakin gencar men-sounding Aisy. Sebenarnya karena memang saat itu ASI saya sudah sangat sangat sedikit (karena sedang hamil trimester pertama) dan belakangan ini Aisy memang lebih cenderung hanya ‘ngempeng’ daripada menyusui. Seminggu sebelum usianya genap 2 tahun, kami semakin gencar mensounding plus ‘berpura-pura’ menghalangi ketika ia akan menyusu (walaupun ujung-ujungnya juga ketawa-ketiwi, karena lucu melihat tingkah polah dan kegigihannya, hihi, MasyaAllah).

Terus respon Aisy saat disounding gimana?

Nggak gimana-gimana, haha. Maksudnya, ketika disounding responnya positif (tidak menolak atau marah) walaupun pada prakteknya masih tetep aja nemplok ke bundanya, wkwk.

Begini kira-kira percakapan yang sering kami lakukan.
B : “Aisy udah nggak boleh ‘nya’ lagi ya”
A : “2 tahun”
Di lain kesempatan
B : “Aisy, ini terakhir ‘nya’ ya.. Bener?
A : “Bener”
B : “Yakin?”
A : “Yakin”
B : “Serius?”
A : “Ciyuss” (dan sekarang saya baru ngerti bahasa alay ‘ciyus’ yang sempat nge-trend beberapa tahun yang lalu ini mungkin terinspirasi dari cara berbicara anak kecil saat disuruh bilang “serius”, wkwk).

Dan prakteknya tetap dia ngempeng, kalau malam bahkan bisa 1 jam-an, ckckck. Ketika kami berusaha menghalangi pun dia tetap dengan semangat dan gigihnya berusaha agar tetap bisa menyusui.

Sampai pada H-1 Aisy berusia tepat 2 tahun, suami sempat putus asa, beliau menyuruh saya untuk membaluri PD dengan daun pepaya tumbuk atau merica (kalau merica mah langsung saya tolak mentah-mentah, ya kali yang ada bersin-bersin mulu, kasihan, hihi). Saat itu pun saya masih bimbang karena sangat ingin bisa menyapih tanpa menakut-nakuti atau membuat kapok maupun trauma, saya ceritakan ke suami bagaimana kisah anak yang sampai besar takut warna merah karena ketika disapih ibunya memberi sesuatu yang berwarna merah di PDnya. Saat percakapan saya dan suami berlangsung, kalau tidak salah ingat Aisy sedang menyusu. Mungkinkah dia paham yang kami bicarakan? Allahu a’lam^^.

Pengalaman menyapih anak dengan cinta

Intinya di malam terakhir ini, saya berusaha menghalangi Aisy untuk menyusu (dengan bercanda ya) dan suami justru sebaliknya, beliau berkata: “nggak papa, dipuas-puasin aja, kan malam terakhir”. Akhirnya Aisy memang nemplok lagi ke saya sampai dia tertidur pulas, dan seperti biasa ketika akan menyusui disertai dengan sounding dan diakhiri dengan kata “ciyus”, wkwk. Saat tengah malam kalau tidak salah ingat dia juga sempat terbangun untuk menyusu sebentar.

Pagi pun tiba. Kami sholat shubuh, Aisy saat itu masih belum bangun. Sekitar jam 6 pagi dia bangun dan langsung minta makan. Ini rekor banget, masyaAllah, karena belum pernah dia bangun tidur, melek, langsung duduk di kursinya dan minta makan. Akhirnya saya suapin Aisy. Setelah itu dia menuju jendela depan rumah untuk melihat aktifitas di luar rumah, dan memang dia biasanya betah ngeliatin ayam, kucing, dan manusia yang berlalu-lalang, masyaAllah.

Saat itu saya tanya ke suami apakah memang akan disapih hari ini (saat usianya tepat 2 tahun)? Dan jawaban beliau iya. Akhirnya saya langsung ganti dari pakaian yang busui friendly menjadi kaos T-shirt yang nggak busui friendly sama sekali. Ternyata ketika Aisy melihat saya mengenakan kaos dia langsung menangis tersedu-sedu dengan air mata mengalir deras sambil bilang “lepas..lepas..” (meminta saya untuk melepas kaos yang saya kenakan). Akhirnya saya datangi Aisy, saya gendong, dan saya jelaskan. “Ini namanya kaos, Aisy kan juga pakai kaos warna merah, Ayah pakai kaos (lebih tepatnya koko) warna biru, Bunda juga pakai kaos warna putih. Nggak papa pakai kaos, ya?”.

Akhirnya dia pun luluh dan membolehkan saya untuk mengenakan kaos. Dan semenjak itu masyaAllah dia tidak meminta untuk menyusui lagi sama sekali. Baarakallahufiik Aisy^^.

Singkat cerita, selama sekitar 3 hari berturut-turut semenjak disapih, saya selalu mengenakan kaos putih (Alhamdulillah kaos saya rata-rata warna putih). Saat itu saya nggak berani ganti warna atau model pakaian supaya bisa menjaga perasaan Aisy. Saat masa-masa penyapihan, malah saya yang merasa baper. Aisy masyaAllah sekali terlihat sangat tegar dan tidak sekalipun dia merengek minta ‘nya’. Bahkan dia juga sama sekali tidak bilang ingin ‘nya’. Walaupun terkadang dia beberapa kali ‘tertangkap mata’ sedang melirik ‘nya’, masyaAllah.

Satu hal yang menurut saya masih menjadi kendala saat proses penyapihan, yaitu Aisy jadi ‘kehilangan’ jam tidurnya. Dia tetap berjaga walaupun terlihat sudah sangat mengantuk sekali, huhu. Siang nggak tidur siang, dan malamnya juga ditahan-tahan. Untuk menyiasatinya, kami mengajaknya jalan-jalan naik motor. Biasanya jika memang sudah sangat mengantuk, dia akan tertidur di jalan, MasyaAllah. Terkadang cara ini efektif, namun terkadang tidak efektif yang menyebabkan Aisy jadi lebih sensitif (semi tantrum atau bahkan tantrum). Sampai saat ini pun juga masih ‘lumayan’ sulit untuk bisa membuatnya bisa tidur sendiri, walaupun memang tidak sesulit ketika awal-awal disapih, MasyaAllah.

Nah, itu dia pengalaman saya saat menyapih Aisy. Menurut teman-teman kira-kira sudah benar belum ya cara saya menyapih? Apakah termasuk weaning with love? Adakah yang perlu dan masih bisa diperbaiki dalam proses penyapihan Aisy ini? Jujur terkadang saya merasa khawatir terutama masalah jam tidur Aisy yang jadi kurang menentu, dan juga ada rasa deg-degan jika insyaAllah adiknya lahir dan menyusu dengan saya, kira-kira bagaimana cara mengatasinya supaya Aisy nggak cemburu, nggak mupeng ‘nya’ dan sekaligus tetap merasa saya sayangi ya meskipun dia tidak bisa menyusui lagi? Yuk share pengalamannya di kolom komentar ya. 🙂

Salam,

Dina Safitri

5 thoughts on “Inikah WWL? Pengalaman Menyapih dengan Cinta ?

  1. Hai mba, kalo saya spertinya random bgt deh carany ( sy tulis jg di blog ) hahha , tp Alhamdulilah ga bikin anak trauma, skrg pengganti nen adalah cemilan dan mainan sampai dia tidur/ raba nen sampe tidur hihi.. Salam kenal y mb 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *