Pengalaman Membuat Kacamata dengan BPJS
Assalamu’alaikum^^
Pada kesempatan kali ini, saya mau sharing tentang pengalaman saya saat membuat kacamata dengan menggunakan kartu BPJS di Aceh, tepatnya di Kutacane, Aceh Tenggara. Well, dimanapun itu, kemungkinan alur pembuatan kacamata menggunakan BPJS tidak akan jauh berbeda kan ya? Hehe.Nyatanya, ternyata tidak demikian. Normalnya, jika kita membuat kacamata dengan BPJS hanya akan membutuhkan waktu maksimal seminggu (ini kayaknya udah maksimal banget deh), nah ternyata untuk ‘kasus’ saya membutuhkan waktu hingga sebulan dan kacamatanya masih belum jadi juga, huhu. Hingga akhirnya saya pindah tempat dan berhasil membuat kacamata dengan BPJS kurang dari 48 jam! Penasaran gimana ceritanya?
Ehm.. sebelum melanjutkan membaca, ada baiknya teman-teman menyiapkan cemilan dan minuman dulu, jika mendung dan ada jemuran, angkat jemuran dulu, kalau anak belum makan disuapin dulu, dan lain-lain. Kenapa? Karena bagi yang membaca tuntas dari awal sampai akhir, artikel ini cukup puanjaang, hehe. Tapi meskipun panjang semoga bisa bermanfaat ya^^.
Langsung saja ya..
Jadi ceritanya, kacamata lama saya memang sudah sangat sepuh alias tua. Bayangkan saja, saya belum ganti kacamata semenjak masih sibuk ngelab (penelitian) untuk skripsi saya, sekitar pertengahan tahun 2013. Inget banget dulu waktu ke optik untuk membeli kacamata lama, saya dianterin oleh my parter in crime, eh maksudnya my partner in research deh ;p (Hi Va, if you read this post, don’t forget to drop off your comment here yak, *norak, wkwk). Intinya, kacamata ini udah berusia hampir 5 tahun. Wow!
Baca juga artikel-artikel (curhatan dink ;p) tentang perjalanan kuliah saya dibawah ini:
Frequently Asked Question Jaman Kuliah
Ya Rabb Inikah Hari Terakhirku?
Memesona itu Ketika Mampu Bangkit Setelah Kehilangan Orang Tercinta
Back to topic, dengan segala kesepuhan kacamata saya, qaddarullah di suatu hari, baby Aisy memainkan kacamata saya hingga akhirnya patah salah satu gagangnya. Karena saya tipe yang hampir selalu always pakai kacamata, akhirnya kacamata tersebut saya isolasi di bagian gagangnya. Alhamdulillah masih bisa digunakan walaupun gagangnya tidak bisa ditekuk dan harus sabar mengisolasi gagang setiap plesternya terlepas.
Berselang sekitar 2 mingguan atau bahkan lebih, saya akhirnya merasa lelah setiap harus memplester karena sering tersenggol atau dimainkan Aisy. Akhirnya saya dan suami pun sepakat untuk mengganti kacamata lama saya. Terus kami kepikiran dengan kartu BPJS yang merupakan salah satu ‘fasilitas’ (padahal mau nggak mau dipotong gaji ; D) dari kantor suami. Kartu BPJS ini memang sangat jarang kami gunakan (bahkan saat persalinan Aisy pun kami lebih memilih menggunakan biaya pribadi daripada BPJS). Akhirnya fix, kami memutuskan untuk mengganti kacamata saya dengan kacamata yang baru menggunakan BPJS.
Baca juga:
Perkiraan Biaya Melahirkan di Medan (Dengan dan Tanpa BPJS)
Cara Ganti KK dan KTP Karena Pindah Domisili
Kami pun menuju Puskesmas setempat yang merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama kami sekeluarga. Kami berangkat pagi-pagi, setelah melakukan pendaftaran ulang (kami perlu daftar ulang karena sekarang di Puskesmas tersebut sudah tidak lagi menggunakan kartu berobat yang lama lagi, melainkan menggunakan buku ‘catatan periksa’ yang merekap data seluruh anggota keluarga dalam 1 Kartu Keluarga, mungkin semacam buku rekam medis tapi untuk 1 KK kali yak? hehe), kami ke bagian administrasi untuk meminta surat rujukan berobat jalan. Disana kami menjelaskan maksud kami meminta surat rujukan, yaitu untuk membuat kacamata baru, dan juga menyebutkan Rumah Sakit yang kami tuju. Kami sengaja memilih salah satu Rumah Sakit swasta yang letaknya memang lebih dekat daripada Rumah Sakit Umum.
Setelah surat rujukan tersebut jadi dan mendapat tanda tangan dari dokter di puskesmas, kami pun menuju ke rumah sakit swasta tersebut. Alhamdulillah kami datang pada saat yang tepat, yaitu hari Jum’at. Karena ternyata dokter spesialis mata di rumah sakit ini hanya ada pada setiap hari Jum’at dan Sabtu saja (sepertinya dokter tersebut merupakan dokter yang didatangkan dari Medan, maklum, tempat saya tinggal merupakan daerah pelosok yang masih minim akan tenaga kesehatan, terlebih lagi dokter spesialis).
Kami pun diharuskan untuk melengkapi segala berkas-berkas yang dibutuhkan, yaitu fotokopi kartu keluarga, fotokopi KTP saya, serta fotokopi surat rujukan dari puskesmas (masing-masing 1 lembar). Sempat bingung karena saat itu KK kami sedang berada di Jakarta untuk keperluan mengurus sesuatu. Alhamdulillah suami bisa meminjam fotokopi KK kami yang memang dikumpulkan di bagian Tata Usaha kantor suami. Akhirnya suami mau tidak mau harus kembali ke kantornya terlebih dahulu untuk mengambil fotokopi KK kami.
Setelah berkas lengkap, kami harus mengantri untuk periksa selama 1 jam. Akhirnya tibalah giliran saya untuk periksa mata. Saya pun di tes secara manual untuk melihat huruf-huruf yang ada. Dari hasil tes, saya cukup terkejut karena minus saya naik banyak ;o. Tapi memang asisten dokternya berpesan untuk melakukan pengetesan ulang ketika di optik (sebelum membuat kacamata), karena sepertinya hasilnya kurang valid. Kemudian dokter Sp.M memeriksa mata saya dengan senter dan suatu alat yang saya tidak tahu namanya ;p.
Setelah selesai periksa, saya pun seharusnya mendapatkan resep untuk diurus ke kantor BPJS lalu dibawa ke optik. Teorinya seperti itu. Namun kenyataannya, ada seorang ‘mbak-mbak’ yang mengambil resep itu. Setelah keluar dari ruang periksa, sesembak itu memanggil kami dan mengatakan bahwa resepnya tidak bisa kami bawa pulang, akan tetapi dari pihak RS lah yang akan membawanya ke optik. Masih kata sesembak itu, hal ini disebabkan karena ada suatu masalah dengan BPJS nya sehingga dana tidak turun (saya kurang ingat bagaimana detailnya, karena kejadiannya sudah sekitar 3-4 bulan yang lalu). Kami pun protes karena berarti kami tidak bisa memilih frame kacamata dan tidak bisa periksa ulang di optik. Lalu sesembak itu pun menjawab yang intinya, “ini kan bantuan kak, jadi yang namanya bantuan itu kan nggak bisa sesuka kita, ya kita cuma bisa nerima dapatnya seperti apa”. Deg.. Mendengar jawaban sesembak itu saya dan suami shock dan emosi (emosinya ditahan kok, karena malu ditempat umum ;p). Kami sampai bertanya-tanya, memangnya semua BPJS itu bantuan ya? Bantuan kok setiap bulannya memotong langsung dari gaji suami? Pokoknya saat itu kami emosi banget, hiks. Terus si mbaknya minta nomor HP saya dan dia bilang akan SMS saya jika kacamatanya sudah jadi. Saat itu saya dan suami sudah berniat untuk melaporkan no HP oknum tersebut ketika dia menghubungi saya. Namun….
Hari berganti hari, sms yang ditunggu ternyata tidak kunjung masuk ke HP saya. Akhirnya kami memutuskan pergi ke optik untuk reparasi kacamata saya. Ternyata si ibu pemilik optik tersebut adalah asisten dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum, beliau menawarkan kepada saya untuk membuat di Rumah Sakit Umum saja, karena alatnya lebih lengkap dan dokternya ada dari hari Senin sampai Jum’at. Menyesal rasanya saat itu kami tidak ke RSU saja, Qaddarullah, huhu. Alhamdulillah setelah direparasi, kacamata saya bisa dipasang sekrup sementara, walaupun sebenarnya sudah patah dan sekrup tersebut tidak bisa bertahan lama.
Suami saya kebetulan saat itu akan berangkat dinas ke Banda Aceh dan juga akan menghadiri acara keluarga di Bireuen total selama 2 minggu. Karena jarak tempuh yang cukup jauh, dan harus berpindah-pindah tempat menginap, saya memutuskan untuk tidak ikut suami (ini REKOR banget bagi saya ditinggal 2 minggu dinas cuma berdua aja di rumah sama si Aisy, nggak ada sanak keluarga sama sekali, beli dan pasang gas sendiri, beli galon, dan lain-lain. Pheww Alhamdulillah saya dan Aisy bisa melaluinya tanpa banyak drama, masyaAllah). Saya memutuskan untuk tidak ikut karena biasanya Aisy jika dalam perjalanan tidak selera makan yang berakibat pada berat badannya yang susah naik. Karena suami sedang dinas, mau tidak mau urusan perkacamataan kami pending sementara waktu sampai suami kembali dari dinasnya.
Baca juga:
Tips Agar Tetap Waras Sebagai Ibu Rumah Tangga
Ketahui Cara Memilih dan Menyimpan 10 Jenis Buah-buahan Ini
Resep Donat Simpel Cocok untuk Usaha
Sepulang dari dinas, akhirnya kami pun menuju ke rumah sakit swasta tersebut untuk menanyakan nasib kacamata tersebut, karena sampai saat itu saya belum menerima SMS terkait kacamata tersebut. Kami pun bertanya pada bagian administrasi dan ternyata kacamatanya masih belum jadi (atau memang selama ini belum diproses? Wallahu a’lam) . Akhirnya, setelah segala perjuangan dan penantian yang panjang (lebay dikit ;p), kami pun memutuskan untuk mencabut surat rujukan tersebut, daripada terus –menerus menunggu tanpa adanya kepastian. Pihak RS pun setuju dengan keputusan kami (kelihatan banget ada yang nggak beres, mungkin bukan RS-nya yang salah, akan tetapi ulah oknum yang tidak bertanggung jawab itu yang cukup merugikan dan menyita waktu serta tenaga kami).
Akhirnya di lain kesempatan kami pun ke Puskesmas lagi untuk meminta surat rujukan ke RSU. Kali ini suami sekalian membuat surat rujukan untuk membuat kacamata juga, karena memang seharusnya suami juga menggunakan kacamata namun beliau kurang telaten, sehingga sangat jarang digunakan. Setelah membawa surat rujukan dari Puskesmas dan segala berkas yang dibutuhkan, kami pun menuju ke RSU H. Sahudin.
Sesampainya di RSU, kami sempat shock melihat antrian yang begitu mengular. Sebelum ke ruang periksa, kami harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Setelah lebih dari 1 jam, akhirnya kami pun menuju ke ruangan dokter spesialis mata yang terletak di lantai 2 untuk diperiksa.
Disana saya dan suami diperiksa secara bergantian. Kami diperiksa dengan menggunakan alat manual dan juga komputer untuk mendeteksi adanya silindris. Dari hasil pemeriksaan saya agak kaget karena salah satu mata saya ada yang silindris, padahal dari dulu tidak pernah terdeteksi, hiks. Berdasarkan penuturan dokter, suami saya belum bisa langsung menggunakan kacamata, melainkan harus menggunakan obat tetes dan meminum vitamin B kompleks selama 2 minggu. Hal ini disebabkan karena suami sudah sangat lama tidak menggunakan kacamata, sehingga ketika menggunakan kacamata kepala terasa pusing.
Setelah selesai periksa, kami pun menuju ke bagian BPJS di lantai 1 Rumah Sakit untuk mengurus administrasi. Setelah mendapat surat keterangan dari BPJS, kami menuju ke fotokopian untuk memfotokopi berkas-berkas yang diperlukan. Setelah selesai fotokopi, kami menuju ke kantor BPJS daerah yang letaknya berada di seberang rumah sakit untuk memvalidasi resep kami untuk kemudian bisa dibawa ke optik manasaja yang bekerjasama dengan BPJS.
Di kantor BPJS kami harus menunggu sekitar 1,5 jam. Sekitar pukul setengah dua siang baru nomor antrian saya dipanggil. Proses pengurusannya tidak sulit, kami hanya perlu menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk kemudian dicatat dan diberi cap serta resep mata oleh petugas BPJS.
Setelah mendapatkan ‘resep’ dari kantor BPJS, kami kembali ke rumah sakit untuk mengambil obat. Kami mendapatkan obat tetes mata yang digunakan 6 x dalam 1 hari selama 2 minggu, serta vitamin B Kompleks. Obat-obatan ini kami dapatkan secara gratis (menggunakan BPJS).
Setelah menebus obat, kami pun memutuskan untuk menuju ke optik milik ibu asisten dokter mata (sebagaimana yang tadi sudah saya ceritakan) yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kantor suami. Kami sampai ke optik tersebut sekitar pukul 4 sore. Disana kami menyerahkan resep saya, sekaligus mencoba kacamata sesuai yang tertera di resep. Saya dibebaskan untuk memilih menggunakan silinder 0,50 atau tidak. Setelah mencoba dengan dan tanpa lensa silinder selama 10 menit, akhirnya bismillah, saya memantapkan diri untuk tidak menggunakan lensa silinder pada kacamata baru saya, hehe. Setelah selesai mencoba lensa, akhirnya saya pun sibuk memilih frame yang cocok dengan bentuk muka saya. Sebenarnya saya mencari yang ukuran framenya agak kecil atau seukuran dengan kacamata lama saya, namun ternyata stoknya kosong. Akhirnya saya memilih yang ukurannya paling mendekati frame kacamata saya dan juga memilih yang warnanya gelap dan netral. Setelah urusan di optik selesai, kami pun beranjak pulang ke rumah. Kacamata baru saya katanya sudah bisa diambil besok pagi. Yeay, Alhamdulillah^^.
Oiya, untuk pembuatan kacamata dengan BPJS ini biaya kacamata yang ditanggung berbeda-beda tergantung kelas BPJS yang diambil. Untuk BPJS kami adalah BPJS kelas I, sehingga biaya kacamata yang ditanggung sebesar Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah). Sedangkan untuk BPJS kelas 2 Rp 200.000 dan BPJS kelas 3 sebesar Rp 150.000. Lumayan kan ya? Selain itu ada jeda minimal juga untuk diperbolehkan mengganti kacamata dengan menggunakan BPJS, yaitu maksimal 1 kali dalam 2 tahun atau 2 tahun sekali.
Pagi harinya, suami pun mengambil kacamata saya di optik tersebut. Kami tidak perlu membayar sepeserpun untuk mendapatkan kacamata ini. Setelah saya coba, mata saya seperti ‘terkejut’ dan belum terbiasa dengan kacamata yang baru. Semuanya tampak sangat terang, terkadang terlihat seperti bergerak, pokoknya berasa pusing banget, sampai nggak berani pakai ketika sedang menggendong atau bersama Aisy, karena berasa hoyong gitu. Mungkin mata saya harus ekstra beradaptasi setelah bertahun-tahun menggunakan kacamata lama dengan minus yang lebih kecil.
Seminggu berselang namun masih tetap terasa pusing dan terlalu terang. Namun mau bagaimana lagi, akhirnya tetap saya paksakan dan biasakan untuk menggunakan kacamata baru saya ini. Alhamdulillah semenjak rutin saya gunakan, mata saya sepertinya sudah mulai terbiasa dan dapat beradaptasi. Alhamdulillah perlahan-lahan rasa pusing itu hilang dengan sendirinya, masyaAllah.
Kalau ditanya puas enggak membuat kacamata dengan BPJS, mungkin saya akan memberi nilai 75 dari 100. Yang membuat tidak puas karena adanya oknum yang tidak bertanggung jawab, dan kalau menurut saya, bagi kami hal ini sebenarnya seperti membuat kacamata dengan uang tabungan sendiri yang berasal dari gaji suami dan dipotong untuk biaya BPJS per bulannya. Sedangkan yang membuat saya puas adalah proses yang kedua tidak terlalu lama (asal tidak bertemu oknum). Untuk kacamata saya hanya memakan waktu kurang dari 48 jam semenjak meminta surat rujukan ke Puskesmas hingga kacamata berada di tangan saya.
Well, itu dia pengalaman saya saat membuat kacamata dengan BPJS. Cukup panjang ya, hehe. Nah, kalau teman-teman sudah pernahkah membuat kacamata dengan BPJS? Kalau sudah, apakah teman-teman puas? Dan pernah nggak sih ketemu oknum sebagaimana yang saya alami? Share yuk di kolom komentar^^.
Terima kasih sudah berkenan membaca postingan yang cukup panjang ini, semoga nggak kapok ya, hehe ❤
Salam,
Dina Safitri
makasih sharingnya
Sama2 mba
Makasih sharingnya ya mbk.. Kacamata sy yg lama juga patah gagangnya satu, smntara msh dipake. Pengen ganti, mo coba pake bpjs. Semoga prosesnya dimudahkan,kbtulan domisili sy di Jakarta.
Sama2 mba.. semoga lancar ya proses bikin kacamatanya.. insyaAllah kalau di Jakarta banyak pilihan RS dan optik, hehe
Aaminn…masih proses nih. Nanti dishare juga pengalamanku ini
Seharusnya di awal postingan ini pembaca disuruh menyiapkan kopi atau camilan dulu, biar bacanya nggak sesak nafas. Habis artikelnya panjaaaaaaaaaaaaang banget :P.
Nah, sekarang eh besok eh salah nanti hari Senin lusa saya juga mau bikin kacamata pakai KJS deh, lho kok KJS? Iya dong, gue kan tinggal di Betawi, gethooo. Makasih ya Cut, eh benar nggak manggilnya Cut Dina?
Salam dari Betawi 🙂
Siip, sudah ditambahkan di postingan pak, makasih sarannya
Uhhhh.., ribet ya mbak urusannya. Saya yg baca aja kesal dengan ulah oknum yg tidak bertanggung jawab dan melama-lamain itu, dibilang BPJS itu bantuan lagi? emang deh, nggk punya referensi banget.
Kayaknya birokrasi di Aceh perlu ditata ulang lagi, supaya tidak berbelit seperti itu ya mbak! Mudah2an dengan gubernur baru ini, bisa mengatasi semua itu
Iya mba, lumayan menguras energi yang di RS pertama, hehe.. aamiin mbak, terima kasih sudah berkunjung
Mbak dina, salam kenal. Kebetulan saya kerja di BPJS dan kalau boleh tulisan mbak saya share ke grup bpjs agar oknum RS atau optik tersebut segera ditindak lanjuti. Seharusnya, pelayanan kacamata tidak boleh selama itu, paling lama 1 minggu harus suddah selesai. Atau jika mbak dina memiliki keluhan, segera sampaikan ke kantor bpjs terdekat atau lewat aplikasi lapor.go.id
Salam kenal juga mba Liza. Boleh mba, dengan senang hati.. semoga kedepannya oknum2 seperti ini bisa segera ditindaklanjuti ya mba.. terima kasih sarannya mba
Iya mbak. Sudah saya teruskan ke bpjs kutacane. Kalo ke Banda Aceh kabar2i ya mbak, disini banyak juga blogger
Wah, terima kasih ya mba.. insyaAllah mba.. mba Banda Aceh nya dimana? saya ada kakek & paman di Unsyiah.. ada komunitasnya juga kah mba?
Ada mbak Dina, skrg saya lagi tugas di Abdya. Ada mbak Dina, namanya gaminong blogger. Nanti aku masukin mbak Dina ke grup ya
Assalamualaikum mbak dina…salam kenal..
wah kbetulan sekali, saya petugas BPJS yang bertugas di wilayah kerja tersebut…sebelumnya kami atas nama BPJS Kesehatan memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mbak alami…alhamdulillah akhirnya bisa mendapat arahan yang benar dari si empunya Optik..dan kaca mata yg diresepkan oleh dr RSU cepat selesai..hanya dalam waktu 1 hari esoknya sudah dapat diambil…semoga dapat mengobati kekecewaan yg mbak alami…
untuk kdepan nya postingan mbak akan kami jadikan bahan masukan dan pembelajaran…trimakasih mbak dinaa
Wa’alaikumussalam mba anisa, salam kenal juga ya.. iya mba, Alhamdulillah cukup senang dengan adany feedback dari petugas bpjs ini.. semoga kedepannya oknum2 seperti ini bisa segera ditindaklanjuti ya mba..
Wah, kami sekeluarga juga pengguna BPJS dan selama alhamdulillah tdk ada kendala. Selamat memakai kacamata baru ya, Mbak. Semoga awet.
Baruuu tauuu kalo bisa, alhamdulillah akhirnya kelar juga! Makasih ya mba 🙂
saya baru tahu bisa pakai bpjs. kacamata sekarang sudah jadi barang mahal. kadang sampai males mau ganti kacamata habis harganya itu loh..btw selamat menikmati kacamata barunya mbak..hehe
wa, prosesnya lama bener, tapi baguslah ada potongan harganya. klo beli di optik itu bisa sampai 1 juta (lensa dan frame).