In this blog

  1. Motherhood & Parenting, click:

parenting

2. Traveling, click:

3. Review, click:

review mbakdina.com

 

My other blogs

Cara suntik meningitis di medan
Health n Beauty, Tips, Tutorial

Cara Membuat Buku Kuning (Vaksin Meningitis) di Medan

Assalamu’alaikum teman-teman,
Di postingan kali ini, saya mau membagi cerita tentang pengalaman kami (saya dan Aisy) saat akan membuat buku kuning (vaksin meningitis) di Medan. Kebetulan suami saya sudah terlebih dahulu memiliki buku kuning. Ini buku kuning ya, bukan kitab kuning yang biasa ada di pondok pesantren, hehe.

 

Buku kuning itu apa sih? Well, buku kuning itu adalah buku yang berwarna kuning (yaiyalah) yang berisi tentang catatan vaksin meningitis (Meningitis Meningacoccus) kita. Buku ini merupakan buku yang (katanya) wajib dimiliki oleh setiap orang yang akan menunaikan ibadah di tanah suci, baik itu haji maupun umrah.

Kalau ada yang tanya, memangnya mau haji atau umrah, kok bikin buku kuning?

Jawabannya jelas mau pake banget atuh bisa haji dan umrah, hihi. Yah.. setidaknya kalau udah vaksin kan insyaAllah selangkah lebih maju dan kalau ada tiket promo harapannya bisa langsung issued, meskipun mepet-mepet dikit, hehe.. Jadi mohon doanya aja ya biar kami sekeluarga dipermudah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan semoga Allah juga mempermudah langkah teman-teman yang ingin haji dan umrah. Aamiin

Back to topic ya.. Sekitar bulan April kami ke Medan untuk mengunjungi kektu (sapaan dalam bahasa Aceh untuk kakek buyut) Aisy. Sekalian sebelumnya jalan-jalan ke Pulau Samosir untuk memikmati indahnya Danau Toba, hehee. Kami sengaja mengagendakan untuk bisa vaksin meningitis saat ke Medan kali ini. Karena di Aceh hanya terdapat beberapa KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) yang melayani suntik meningitis dan letaknya jauh dari di tempat kami tinggal kami. FYI, di tempat tinggal kami ini tidak ada KKP, laut aja nggak ada apalagi pelabuhan dan kantor kesehatannya, hehe.

Sehari sebelum suntik saya menyiapkan berkas-berkas yang harus dibawa, yaitu:

Suntik meningitis di medan
Syarat dan Biaya Vaksin di KKP Medan
  • Fotokopi paspor dan tanda pengenal (KTP), untuk Aisy saya jaga-jaga bawa fotokopi akte kelahiran dan kartu keluarga. Oh iya, harap dipastikan nama yang tertera di paspor sudah lebih dari 2 kata ya, jika belum sebaiknya mengurus endorse paspor terlebih dahulu di kantor imigrasi.
  • Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar

Baca juga:

Cara Mengganti KK dan KTP karena Menikah atau Pindah Domisili

Cara Menambah Nama (Endorse) Pada Paspor Anak

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dari rumah kektu di kota Medan, kami berangkat pukul 7 pagi. Sehari sebelumnya kami sudah bertanya pada tetangga kektu yang suaminya bekerja di daerah Pelabuhan Belawan, katanya kami bisa menggunakan angkot dari kota Medan langsung tanpa harus transit (ganti angkot). Sayangnya kami lupa nomor angkotnya, hiks. Kalau tidak salah nomor 45. Kami naik angkot no 45 ini dari belakang Pasar Sukaramai. Dari tempat kektu kami naik angkot 36, turun di belakang Pasar Sukaramai dan Alhamdulillah langsung ketemu angkot yang kami maksud menuju ke Belawan. Angkotnya berwarna merah kombinasi hijau dan biasanya ada tulisan tujuan Belawan.

Perjalanan menuju ke Belawan ternyata cukup jauh banget. Kalau tidak salah ingat, memakan waktu lebih dari 1,5 jam. Kami turun di pertigaan jalan (lupa jalan apa, pokoknya yang ada kantor Bank Mandiri besar di seberang jalannya). Darisana kami berjalan kaki sekitar 50 meter menuju ke kantor KKP Belawan, tentunya dengan mengandalkan google maps, hehe.

Alhamdulillah kami tiba di KKP sekitar pukul 10 pagi. Sesampainya disana, kami diminta menunggu sambil menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Suami saya ke bagian pembayaran, sedangkan saya dan Aisy menunggu di dalam ruangan sembari petugas mengisi formulir vaksinasi dan juga buku kuning.

Suntik meningitis di medan
Alur Penerbitan ICV (International Certificate of Vaccination) alias buku kuning

Setelah selesai administrasi tersebut, saya langsung disuntik, di lengan atas bagian kiri. Vaksin yang digunakan adalah merk Menivax keluaran Biofarma (sudah ada label halal, Alhamdulillah). Dokternya masyaAllah sangat sabar dan terlihat penuh tawakkal kepada Allah. Beliau berulang-ulang membaca basmalah dan mengingatkan saya untuk bertawakkal, masyaALLAH, melting nemu dokter yang begini, hehe. Saya mendapat dosis 1 botol penuh, padahal berat badannya hanya seukuran anak SMP, hihi.

Oiya, info dari teman-teman, di beberapa KKP di Pulau Jawa seharusnya ada pemeriksaan urin terlebih dahulu untuk mendeteksi kehamilan, baik pada wanita yang sudah maupun belum menikah. Sayangnya saat di KKP Belawan, tidak ada pemeriksaan urin, jadi langsung disuntik saja. Saya saat itu berharap semoga memang sedang tidak mengandung, karena ibu hamil dilarang suntik meningitis dan kata petugasnya juga dilarang umrah, wallahu a’lam.

Selesai suntik, rasa pegal sudah mulai menjalar di tangan kiri, mungkin karena dosis obatnya bagi saya terlalu banyak karena berat badan yang cuma seuprit, hehe. Apalagi saat harus gendong Aisy, semakin berasa pegalnya, sehingga akhirnya suami mengalah untuk menggendong Aisy (iyalah, wajib atuh, hehe).

Nah, sebenarnya saat itu kami juga berencana untuk menyuntik Aisy, karena tidak ada waktu lagi bagi saya dan Aisy untuk ke Medan. Namun sayangnya kondisi Aisy saat itu agak demam, mungkin karena kecapekan di jalan dan saat itu Aisy jika sedang bepergian tidak mau menyusu langsung, jadi kalau sedang traveling sangat jarang mau menyusui, hiks.

Saya jujur tidak berani untuk memvaksin Aisy saat itu karena badannya sedikit hangat. Terlebih lagi namanya vaksin kan berisi bakteri ‘jahat’ yang sudah dilemahkan, jadi kalau kondisi kurang fit, takutnya bisa ‘kalah’ dengan bakteri yang dilemahkan tersebut. Dokternya juga tidak menganjurkan Aisy suntik saat ini, dan menyarankan agar banyak diminumkan air putih.

Alhasil kami pun pulang dengan penuh kegusaran. Akhirnya kami menunggu angkot yang sama untuk pulang. Kami menunggu di perempatan dekat KKP, di depan toko oleh-oleh. Oh iya, di sepanjang jalan masuk menuju KKP ini memang banyak toko yang menjual oleh-oleh, namanya juga dekat dengan pelabuhan kan ya? Hehe.

Angkot tak berapa lama tiba dan kami pun menaikinya, masih dengan perasaan gusar memikirkan kapan Aisy bisa suntik meningitis. Di sepanjang perjalanan, kami banyak meminumkan air putih dan juga susu kepada Aisy, harapannya demam Aisy bisa sedikit berkurang.

Biidznillah, baru 1/8 perjalanan, qaddarullah angkot yang kami naiki bannya bocor. Meskipun 1/8 perjalanan tapi itu sudah cukup jauh lho, karena memang jarak tempuh angkot ini jauh banget. Alhasil kami turun di pinggir jalan. Kebetulan ada warung bubur tak jauh dari tempat kami turun, akhirnya kami membeli bubur kacang hijau dan ketan hitam. Selesai makan, kami kembali mengecek suhu tubuh Aisy, sepertinya sudah sedikit normal, akhirnya dengan basmalah kami memutuskan untuk kembali ke kantor KKP lagi.

Kami sampai di KKP sudah mendekati pukul 12 siang, alhamdulillah petugas dan dokternya masih ada. Setelah suami selesai membayar administrasi (biaya vaksin bayi/anak-anak sama dengan biaya vaksin dewasa, yaitu Rp 305.000,-), Aisy pun disuntik di lengannya dengan jenis vaksin yang sama, dengan dosis ¼ dari dosis orang dewasa. Saat itu petugas sempat salah menuliskan nama pada buku kuning. Seharusnya adalah nama Aisy, tetapi yang tertulis adalah nama saya, akhirnya Aisy diberi buku baru. Alhamdulillah sadarnya kalau salah nama saat masih di KKP, ga kebayang deh kalau udah sampai di rumah baru ngeh kalau salah.

Alhamdulillah lega akhirnya buku kuning sudah di tangan. MasyaAllah sepertinya Aisy tidak terlalu merasa kesakitan dan juga tidak demam. Sedangkan saya, tangan kiri saya terasa sangat pegal sehingga tidak bisa menggendong Aisy.

Kami pun pulang menuju Kota Medan, kami baru sampai di rumah kektu saat adzan ashar. Benar-benar perjalanan yang cukup melelahkan. Namun meskipun begitu kami bersyukur karena proses vaksinasi ini berjalan lancar dan dokter yang menyuntik serta petugas KKP-nya wanita.

Oiya, untuk KKP Medan, sayangnya masa berlaku vaksin ini masih 2 tahun, padahal sependek yang saya tahu di beberapa daerah di Indonesia, masa berlaku vaksin sudah meningkat menjadi 3 tahun.

Nah, jika teman-teman ingin perpanjang masa berlaku buku kuning, jangan lupa ketika ke KKP untuk membawa buku kuning yang lama ya, karena buku kuning kita bisa digunakan lagi dan kita bisa menghemat Rp 25.000 (harga buku kuning) dari biaya vaksin yang tertera. Lumayan kan buat beli makan siang? Hehe

Oiya, bagi yang tahu jalur angkot yang saya maksudkan, tolong share di kolom komentar ya..

Alamat Kantor Kesehatan Pelabuhan:

Jl. Veteran No.219, Belawan I, Medan Kota Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara 20411
Telp (061) 6941343
Buka dari Senin sampai Jum’at, Pukul 7.30 a.m – 4.00 p.m
Well, sekian dulu yang bisa saya share, semoga bermanfaat ya.. Thanks for reading and see you on the next post^^

Salam,

Dina Safitri

10 thoughts on “Cara Membuat Buku Kuning (Vaksin Meningitis) di Medan

        1. Aamiin..

          Pingiiiiiinnnnnn bangeeeeetttttt.. cuma klo sekarang ini belum bisa mba, qaddarullah paspor kami hilang di jalan, hwaaaa…

          Anti berangkat kapan mba? Ato lg hamil kah mba? Lama ga denger kabar anti nih..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *